Thursday, 11 December 2014

Install GMT 5 Pada Ubuntu

Untuk menginstal rilis terbaru GMT 5 pada Ubuntu, kita dapat mendownloadnya di website GMT atau menggunakan subversion. Kali ini saya akan menggunakan subversion untuk menginstal versi terbaru GMT.

Pertama, install subversion, cmake, dan library pendukung lainnya. Kemudian jalankan subversion.

sudo apt-get install subversion
sudo apt-get install cmake
sudo apt-get install libnetcdf-dev
svn checkout svn://gmtserver.soest.hawaii.edu/gmt5/trunk gmt5-dev

Subversion akan membutuhkan waktu yang agak lama untuk mendownload file-file GMT tergantung kecepatan koneksi internet anda. Setelah selesai, akan terbentuk folder gmt5-dev di /home. Selanjutnya downloadlah file-file GSHHG dan DCW. Ekstrak GSHHG dan rename foldernya dengan nama "coast" dan salin ke gmt5-dev/share. Begitu juga dengan DCW, ekstrak dan rename foldernya dengan nama "dcw" dan salin ke gmt5-dev/share.

Monday, 8 December 2014

Menampilkan Relief Bathymetri Pada Peta

Setelah sekian lama vakum, kali ini saya akan menjelaskan cara untuk menampilkan relief bathymetri pada peta. Pada contoh ini, saya menggabungkan antara data usia kerak samudera global dengan relief bathymetri. Perhatikan pada peta dibawah. Wilayah di sebelah kiri bujur 80 derajat hanya menampilkan data usia kerak samudera, sedangkan data di sebelah kanan bujur 80 derajat menampilkan data usia kerak samudera yang digabung dengan relief bathymetri. Data usia kerak samudera global didapat dari EarthByte dan data bathymetri dari GEBCO. Saya menggunakan GMT versi 5.

 


Saturday, 21 June 2014

Menampilkan Globe dan Membuat Animasi Dengan Matlab dan GMT

Selain membuat peta 2 dimensi biasa, GMT juga dapat membuat peta berbentuk globe. Ini dapat kita atur dengan memilih proyeksi yang tepat, yaitu dengan tipe proyeksi Azimuthal. Pada contoh berikut saya menggunakan proyeksi Orthographic yang merupakan salah satu jenis dari tipe proyeksi Azimuthal. Data yang dipakai pada contoh berikut adalah data topografi ETOPO5 dan data seismic hazard dari GSHAP. Data dapat didownload di link berikut:


Tuesday, 17 June 2014

Menampilkan Data Berformat KML di GMT

KML (Keyhole Markup Language) adalah format data yang sering kita gunakan dalam membuat peta, umunya dengan menggunakan Google Earth. Namun GMT juga bisa digunakan untuk menampilkan data berformat KML ini. Pada contoh kali ini, saya menggunakan data petir dari Stasiun Geofisika Tuntungan tanggal 1 Agustus 2012. Data petir tersebut saya bagi menjadi dua file, yaitu CG- dan CG+ menggunakan Google Earth. Tujuannya untuk membedakan  muatan petir tersebut saat diplot di GMT. Pada contoh berikut, saya menampilkan data CG- dengan simbol petir berwarna oranye, sdangkan CG+ dengan warna kuning.



Thursday, 12 June 2014

Menentukan Arah Vektor Subduksi Pada Data Trench GMT

Data trench atau penunjaman lempeng yang didapat dari UTIG (University of Texas at Austin, Institute for Geophysics) yang biasa digunakan pada GMT tidak dilengkapi dengan arah penunjamannya. Sehingga kita harus sedikit memodifikasi file trench yang kita dapat dari UTIG tersebut. Biasanya kita menggunakan perintah psxy -Sf0.4i/0.08i+l+t untuk menampilkan arah vektor penunjamannya. Angka 0.4i adalah jarak antar simbol yang menunjukkan arah vektor penunjaman sedangkan 0.08i adalah ukuran dari simbol tersebut. Huruf "t" menunjukkan bahwa simbol tersebut berbentuk segitiga (triangle). Bisa juga menggunakan simbol lain seperti "b" (box), "c" (circle), "f" (fault), atau "s" (slip). Simbol slip biasanya digunakan untuk menampilkan pergeseran dari sesar mendatar. Huruf "l" menunjukkan bahwa simbol menghadap ke kiri.

Persoalannya adalah ketika kita menggunakan perintah psxy -Sf0.4i/0.08i+l+t tersebut, maka semua arah vektor akan menghadap ke kiri. Padahal ada juga arah vektor ke kanan. Untuk mengatasinya, maka di file "trench.gmt" tersebut kita tambahkan "-Sf0.4i/0.08i+r+t" (tanpa tanda petik) pada segmen yang kita inginkan untuk menentukan arah vektor ke kanan. Setelah itu, pada segmen selanjutnya harus kita tambahkan "-Sf0.4i/0.08i+l+t" (tanpa tanda petik) untuk mengembalikan arah vektor ke kiri.

Monday, 26 May 2014

Memberikan Pencahayaan atau Iluminasi Pada Peta

Dalam membuat sebuah peta, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah faktor keindahan atau estetika. Sebagai contoh dalam menampilkan peta bathymetri, akan lebih baik bila kita memberikan pencahayaan pada peta. Selain hasilnya lebih baik, pencahayaan pada peta bathymetri juga akan menampilkan gradasi warna yang lebih realistis dan peta tersebut lebih terlihat 3 dimensi.



Friday, 9 May 2014

Slab 3D Dengan GMT

Pada postingan sebelumnya, saya telah membagikan script untuk menampilkan peta slab subduksi. Kali ini saya akan berbagi cara menampilkan model slab subduksi tersebut secara 3 dimensi. Sebelumnya downloadlah data model slab subduksi dari USGS disini serta data topografi disini. Saya menggunakan GMT 5.1.0, untuk GMT versi sebelumnya mungkin akan ada command yang tidak akan berjalan.



Monday, 5 May 2014

Membuat Cross Section Model Slab Subduksi, Seismisitas dan Mekanisme Fokal

Setelah sekian lama hibernasi, kali ini saya akan berbagi cara membuat cross section model slab subduksi, seismisitas dan mekanisme fokal. Kali ini saya akan menggunakan GMT versi 5.1.0. Untuk GMT versi 4 mungkin akan ada beberapa script yang tidak akan berjalan dengan baik. Materi kali ini sebenarnya adalah gabungan dari materi-materi postingan sebelumnya. Sebelumnya downloadlah data model slab subduksi dari USGS disini dan batasnya disini, data topografi disini, serta data batas zona subduksi disini




Monday, 3 February 2014

Melihat Kegempaan Di Indonesia 100 Tahun Terakhir Dengan EQ Viewer

Kali ini saya akan berbagi software yang saya buat sendiri, yaitu EQ Viewer. Software ini saya buat dengan ArcGIS 10.1 dan Carrymap. Software ini dapat digunakan untuk melihat aktivitas kegempaan di Indonesia dan zona-zona yang berpotensi terjadi gempa. Pada software ini, saya menggunakan data gempa dari tahun 1900 sampai Januari 2014 dari katalog USGS yang saya bagi menurut kedalaman dan magnitudenya. Data dan parameter patahan/fault, thrust/back arc, subduction dan zona megathrust saya digitasi dari "Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010". Data DEM (digital elevation model) saya menggunakan ETOPO1 dengan resolusi 1 menit dari NOAA. Untuk zona Flinn-Engdahl saya mendapatkannya dari rekan saya Pak Sofyan dari Stageof Palu. Anda juga dapat memasukkan data gempa anda sendiri. Caranya dengan merubah format data anda menjadi format KML atau KMZ. Selanjutnya gunakan fitur import pushpin untuk memasukkan data anda.




Tuesday, 28 January 2014

Model Slab Subduksi dan Cross Sectionnya

Kali ini saya akan berbagi cara menampilkan model slab subduksi dan cross sectionnya. Model yang saya pakai adalah Slab 1.0 dari USGS. Slab1.0 sendiri adalah hasil kompilasi tiga dimensi dari subduksi global dan dipisahkan menjadi model regional untuk masing-masing zona subduksi utama. Setiap model didasarkan pada pencocokan probabilistik non-linear dari data katalog gabungan yang terdiri dari beberapa set data independen - katalog gempa bersejarah, solusi CMT, profil seismik aktif, batas lempeng global, batimetri dan informasi ketebalan sedimen. (Sumber:USGS)

Sebelumnya download dahulu data slab disini dan data topografi disini serta data batas zona subduksi disini. Data yang saya gunakan adalah data subduksi region Sumatra-Jawa dengan format netCDF sedangkan data topografi dan bathimetri didapat dari GEBCO.